fakta penting tentang sumpah pemuda
B. Indonesia
Hendrisolda
Pertanyaan
fakta penting tentang sumpah pemuda
2 Jawaban
-
1. Jawaban bertanyapandai
Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang berlangsung selama 2 hari di Jakarta, yakni tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres itu melangsungkan tiga rapat: rapat pertama di Gedong Katholieke Jongenlingen-Bond, Waterlooplein (sekarang daerah Lapangan Banteng), rapat kedua di Oost Java Bioscoop Koningsplein Noord (sekarang jalan Medan Merdeka Utara), dan rapat ketiga di gedong Indonesisch Clubgebouw Kramat 106. Nah, Sumpah Pemuda itu dibacakan di Rapat Ketiga.Waktu itu, jumlah peserta yang hadir mencapai 700 ratus orang. Tetapi yang tercatat sekarang, dengan merujuk pada daftar hadir, hanya 82 orang. Kongres Pemuda saat itu memang diawasi sangat ketat oleh Belanda. Bahkan, pada hari kedua setelah Kongres ditutup, polisi kolonial menyita semua dokumen-dokumen kongres. Sangat mungkin terjadi, daftar hadir ratusan peserta lainnya hilang karena penyitaan itu.Sebagian besar peserta Kongres Pemuda ke-II merupakan utusan organisasi-organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Soematra, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, Jong Ambon, dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia (PPPI). Kongres ini juga dihadiri oleh utusan golongan timur asing Tionghoa.Rumusan Sumpah Pemuda, seperti kita kenal hari ini, berasal dari gagasan dan inisiatif Mohammad Yamin. Ihwal rumusan Sumpah Pemuda ini menarik dan terkesan kocak. Pada sesi terakhir Kongres, saat Mr Sunarjo dari utusan Kepanduan sedang berpidato, Yamin menuliskan rumusan Sumpah Pemuda itu lewat secarik kertas dan kemudian menyodorkannya kepada pimpinan Sidang, Soegondo Djojopoespito, sambil berbisik: “Saya punya rumusan resolusi yang luwes”. Soegondo kemudian membacakan surat berisi rumusan resolusi itu, lalu memandang ke arah Yamin. Dalam sekelebat mata, Yamin membalas pandangan Soegondo itu dengan senyuman. Spontan Soegondo membubuhkan paraf “Setuju”. Selanjutnya Soegondo meneruskan usul rumusan itu kepada Amir Sjarifuddin yang memandang Soegondo dengan mata bertanya-tanya. Soegondo mengangguk-angguk. Amir pun memberikan paraf “Setuju”. Begitu seterusnya sampai seluruh utusan organisasi pemuda menyatakan setuju. -
2. Jawaban celivia
Sumpah Pemuda lahir dari Kongres Pemuda II yang berlangsung selama 2 hari di Jakarta, yakni tanggal 27-28 Oktober 1928. Kongres itu melangsungkan tiga rapat: rapat pertama di Gedong Katholieke Jongenlingen-Bond, Waterlooplein (sekarang daerah Lapangan Banteng), rapat kedua di Oost Java Bioscoop Koningsplein Noord (sekarang jalan Medan Merdeka Utara), dan rapat ketiga di gedong Indonesisch Clubgebouw Kramat 106. Sumpah Pemuda dibacakan di Rapat Ketiga.
Waktu itu, jumlah peserta yang hadir mencapai 700 ratus orang. Tetapi yang tercatat sekarang, dengan merujuk pada daftar hadir, hanya 82 orang. Kongres Pemuda saat itu memang diawasi sangat ketat oleh Belanda. Bahkan, pada hari kedua setelah Kongres ditutup, polisi kolonial menyita semua dokumen-dokumen kongres. Sangat mungkin terjadi, daftar hadir ratusan peserta lainnya hilang karena penyitaan itu.
Sebagian besar peserta Kongres Pemuda ke-II merupakan utusan organisasi-organisasi pemuda, seperti Jong Java, Jong Soematra, Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten Bond, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi, Jong Ambon, dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia (PPPI). Kongres ini juga dihadiri oleh utusan golongan timur asing Tionghoa.
Rumusan Sumpah Pemuda, seperti kita kenal hari ini, berasal dari gagasan dan inisiatif Mohammad Yamin. Ihwal rumusan Sumpah Pemuda ini menarik dan terkesan kocak. Pada sesi terakhir Kongres, saat Mr Sunarjo dari utusan Kepanduan sedang berpidato, Yamin menuliskan rumusan Sumpah Pemuda itu lewat secarik kertas dan kemudian menyodorkannya kepada pimpinan Sidang, Soegondo Djojopoespito, sambil berbisik: “Saya punya rumusan resolusi yang luwes”. Soegondo kemudian membacakan surat berisi rumusan resolusi itu, lalu memandang ke arah Yamin. Dalam sekelebat mata, Yamin membalas pandangan Soegondo itu dengan senyuman. Spontan Soegondo membubuhkan paraf “Setuju”. Selanjutnya Soegondo meneruskan usul rumusan itu kepada Amir Sjarifuddin yang memandang Soegondo dengan mata bertanya-tanya. Soegondo mengangguk-angguk. Amir pun memberikan paraf “Setuju”. Begitu seterusnya sampai seluruh utusan organisasi pemuda menyatakan setuju.