Contoh wawancara petani tanaman obat
B. Indonesia
Sudarmi11
Pertanyaan
Contoh wawancara petani tanaman obat
1 Jawaban
-
1. Jawaban GaluhBristaPandhia
Saya: “Apa yang Ibu ketahui tentang ‘Apotek Hidup’? Ibu: “Memanfaatkan sebagian tanah untuk ditanamitanaman obat-obatan untuk keperluan sehari-hari.” Saya: “Bisakah Ibu menjelaskan secara rinci tentang ‘Apotek Hidup’? Ibu: “Kita menanam berbagai jenis tanaman yang sekiranya bermamfaat apabila kita sedang kurang sehat. Dengan adanya ‘Apotek Hidup’ maka kita bisa memamfaatkannya sebagai pengganti obat yang ada di toko obat atau apotek obat. Selain itu, obat-obatan tradisional ini juga tidak mengandung bahan kimia dan juga tidak memiliki efek samping yang bereaksi secara drastis.” Saya: “Menurut Ibu, apa saja tanaman yang bisa disebut dengan ‘Apotek Hidup’?” Ibu: “Banyak sekali. Contohnya, bisa kunyit, jeruk nipis, jahe, cengkeh, sereh, keladi tikus, kumis kucing, alang-alang, adas, alpokat, belimbing wuluh, cendana, cerme, violces, dan masih banyak lagi jenisnya.” Saya: “Apakah Ibu mempunyai ‘Apotek Hidup’ di pekarangan rumah?” Ibu: “Iya, ada beberapa jenis tanaman obat.” Saya: “Mengapa Ibu ingin memelihara ‘Apotek Hidup’ di rumah?” Ibu: “Karena obat tradisional umumnya lebih aman karena bersifat alami dan memiliki efek samping yang lebih sedikit dibandingkan obat-obat buatan pabrik.” Saya: “Bagaimana cara menjaga tanaman yang baik dan benar?” Ibu: “Sebenarnya cara merawatnya pun tidak sulit hanya saja harus memiliki ketelatenan yang cukup agar tanaman yang kita tanam dan rawat tetap tumbuh dengan baik dan benar. Kita harus melakukan penyiraman dengan baik, penggemburan, penggantian tanah, pemupukan, dan pemangkasan secara teratur.” Saya: “Tolong Ibu deskripsikan kegunaan dan mamfaat ‘Apotek Hidup’ itu sendiri.” Ibu: “Misalnya, kita memiliki pohon jambu biji di rumah, kita bisa rebus daun jambu biji yang masih muda kemudian air rebusannya kita minum apabila kita menderita diare.” Saya: “Pernahkah Ibu merasakn atau memamfaatkannya?” Ibu: “Iya, sering sekali.” Saya: “Apa yang terjadi?” Ibu: “Alhamdulillah, penyakit atau rasa sakit sedikit berkurang.” Saya: “Siapa saja yang ikut serta memelihara ‘Apotek Hidup’ di rumah selain Ibu?” Ibu: “Ya, semua anggota keluarga turut membantu merawat tanaman yang ada.” Saya: “Memangnya sejak kapan Ibu memelihara ‘Apotek Hidup’ di halaman rumah?” Ibu: “Sekitar kurang lebih tiga tahun yang lalu.” Saya: “Apa alasan Ibu saat itu memutuskan memelihara ‘Apotek Hidup’ di rumah?” Ibu: “Ya, karena tidak selamanya obat yang ada di warung itu cocok untuk kita. Lagipula, Ibu memiliki halaman yang cukup luas. Jadi, daripada ditanami tanaman hias, lebih baik Ibu tanami tanaman berkhasiat.” Saya: “Jadi, jika ada anggota keluarga Ibu yang sakit, Ibu lebih sering memakai obat tradisional atau membeli obat di warung?” Ibu: “Mungkin, Ibu lebih sering membeli obat di warung.” Saya: “Mengapa? Bukankah, obat di warung mengandung bahan kimia dan tidak higenis?” Ibu: “Memang betul, tapi karena Ibu lebih memilih yang praktis dan cepat, Ibu tidak berpikir panjang lagi.” Saya: “Apakah kedepannya Ibu akan terus membeli obat di warung yang lebih praktis atau memilih obat tradisional yang lebih berkhasiat?” Ibu: “Jika melihat dampak dari obat di warung yang memiliki dampak buruk, mungkin kedepannya Ibu akan memilih obat tradisional yang jauh lebih aman.” Saya: “Terima kasih atas waktunya.” Ibu: “Terima kasih kembali.”
bisa di cari semua jawaban ada didalam :)