Seni

Pertanyaan

bagaimana penggambaran wayang golek berkarakter jahat

1 Jawaban

  • SIMPINGAN


    Sebelum memulai pertunjukan, biasanya dalang sudah mempersiapkan terlebih dahulu tokoh-tokoh wayang apa saja yang akan dimainkan pada saat pertunjukan, sesuai lakon (cerita) yang akan dibawakannya. Wayang-wayang yang tidak dimainkan saat itu, disusun rapi disamping kanan dan kiri, itu yang disebut simpingan.


    Simpingan sebelah kanan terdiri dari tokoh-tokoh baik atau kesatria. Dan juga tokoh-tokoh dewa seperti Batara Bayu, Batara Indra, Batara Kamajaya dan lain lainnya. Simpingan sebelah kanan pada umumnya wajahnya dipulas warna hitam atau putih, juga brom (emas), melambangkan kebaikan, kejujuran dan kesucian.


    Simpingan sebelah kiri terdiri dari tokoh-tokoh raksasa, raja-raja yang berwatak angkara murka, misalnya Dasamuka atau Rahwana, Kangsa, Bomanarakasura, juga para kurawa disimping disebelah kiri, menggambarkan kumpulan atau kelompok tokoh-tokoh jahat. Dan biasanya wayang-wayang yang disimping disebelah kiri, umumnya raut mukanya berwarna merah, simbol kemarahan atau arogan. Dalam adegan peperangan pun oleh sang dalang tokoh-tokoh jahat atau angkara selalu berada ditangan kiri.

    POSTUR TUBUH DAN WAJAH


    Postur tubuh tokoh angkara murka biasanya dilukiskan gempal, tinggi, besar, tambun. Dan posisi wajahnya ndhengak (mendongak) menggambarkan kesombongan, keangkuhan dan ketamakan. Sedangkan muka yang berwarna merah mengekspresikan kemarahan, arogan atau antagonis. Selain itu, tokoh wayang raksasa biasanya tangan yang diberi tuding(tangkai, untuk menggerakkan tangan) hanya tangan  depan (kiri), sedangkan tangan belakang (kanan) menggenggam dan menyatu dengan tubuh, tidak bisa digerakkan. Artinya, raksasa lebih banyak berbuat jahat (tangan kirinya yang aktif) ketimbang berbuat kebaikan (tangan kanannya tak bisa difungsikan).


    Tokoh Pandawa memang ada yang berpostur tinggi besar, gagah perkasa, misalnya Raden Werkudara atau Bima, namun posisi wajahnya luruh, tumungkul(menunduk) dan rona mukanya berwarna hitam atau brom. Ini melukiskan seseorang yang sakti mandraguna, teguh pendirian, jujur, dan suci, simbol dari kebaikan atau protagonis.

    MATA, HIDUNG DAN MULUT


    Bentuk mata, hidung dan mulut tokoh wayang disesuaikan dengan bentuk atau postur tubuh yang bersangkutan. Dan itu menggambarkan karakter atau sifat tokoh wayang tersebut. Misalnya, raksasa, postur tubuhnya gempal tinggi besar, bentuk matanya bulat dan besar melothot (mbelalak), hidungnya mbonggol dan mulutnya menganga dengan dilengkapi barisan gigi dan taringnya.  Demikian sebaliknya, tokoh satriya (kesatria) selalu digambarkan dengan bentuk tubuh yang ramping kalau tidak bisa disebut kerempeng. Dan bentuk matanya liyepan (kecil), hidungnya mbangir dan mulutnya mingkem dengan menyunggingkan senyum, melambangkan karakter yang lemah lembut, baik budi pekertinya serta tak mudah marah.

    BUSANA


    Tokoh kesatria biasanya dilukiskan dengan busana yang sederhana. Tidak memakai gelang, kelat bahu, jamang, garudha mungkur, badhong dan lain sebagainya, meskipun ia seorang raja. Sebagai  contoh Prabu Puntadewa atau Yudistira. Yudistira adalah simbol pemimpin yang sederhana.


    Beda dengan Yudistira, Prabu Duryudana, Prabu Bomanarakasura, Prabu Dasamuka hampir seluruh tubuhnya dihiasi berbagai macam aksesori. Dari ujung rambut hingga kaki tidak luput dari berbagai macam pernak-pernik. Duryudana adalah simbol pemimpin hedonis.



Pertanyaan Lainnya